Dari Siapakah Diambil Faedah Ilmu-Ilmu Syariat Ini

DARI SIAPAKAH DIAMBIL FAEDAH ILMU-ILMU SYARIAT INI
Peringatan Dari Sikap Ghuluw Yang Terjadi Pada Sebagian Individu Yang Menisbahkan Diri Kepada Salafiyah

بسم اللــــه الرحمـــــــــن الرحيم

📝 JAWABAN:

Kami nasehatkan untuk istifadah (mengambil faedah) dari seluruh ahli sunnah wal jamaah yang kokoh di atas kebaikan dan sunnah. Dari mereka yang telah diketahui keilmuan, talim serta kecemburuannya terhadap sunnah. Demikian juga, dari seseorang yang telah dikenal bersemangat dalam menjaga ukhuwah (persaudaraan) dan persatuan kalimat.

⬅️ Adapun orang-orang yang tidak memperdulikan perkara ukhuwah; yang ketika saudaranya bersalah, tiba-tiba dia mentahdzirnya sehingga dakwah menjadi terpecah, orang yang tipenya seperti ini tidaklah pantas untuk mengemban dakwah.

Termasuk perkara terpenting bagi seorang da'i kepada jalan Alloh adalah hendaknya dia bersemangat dalam persatuan kalimat dan menjaga ukhuwah meskipun harus bersabar diri dan mengalah. Meskipun terlontar ucapan yang menyinggung dirinya, maka hendaknya dia menahannya demi persatuan kalimat dan terjaganya dakwah yang diberkahi ini. Jika seseorang tidak mempunyai tekad semacam ini, maka tidak pantas bagi dirinya untuk berdakwah.

🔺 Ini adalah perkara yang penting. Termasuk perkara yang musti diperhatikan adalah hendaknya seorang da'i ke jalan Alloh itu bersemangat untuk persatuan kalimat di atas al-haq dan sunnah. Adapun orang yang menentang di atas kebid'ahan dan hawa nafsu, maka itu adalah jalannya. Dialah yang menyimpang dari al-haq, dialah yang menyelisihi al-haq.

Beberapa hal yang perlu disebutkan di sini. Saya wasiatkan pertama kali kepada diri saya sendiri dan seluruh ahli sunnah di seluruh dunia untuk bertakwa kepada Alloh subhanahu wa ta'ala perihal kekeliruan-kekeliruan dan perselisihan-perselisihan yang terjadi.

🔻 Banyak dari kekeliruan dan perselisihan itu tidak melazimkan adanya pemutusan hubungan dan pemboikotan (hajr). Banyak diantaranya berupa kesalahan pribadi. Saudaramu yang berbuat salah kepadamu, berburuk sangka terhadapmu, bersikap berlebihan, dengki serta berbuat zalim terhadapmu. Tiba-tiba engkau menjadikan kesalahan itu sebagai kesalahan manhaji, bahwa orang itu adalah pelaku bid'ah dan kesesatan serta menyelisihi sunnah. Setiap orang yang mendengar ucapanmu mengetahui bahwa ini adalah masalah pribadi antara dirimu dengannya.

Orang tersebut akidahnya di atas sunnah, meyakini akidah ahli sunnah wal jamaah dan segala akidah ahli sunnah yang juga engkau yakini. Dia juga berakidah dan bermanhaj yang sama serta bersikap yang sama terhadap ahli bid'ah dan orang-orang yang menyimpang. Tetapi tiba-tiba engkau mengubah kesalahannya terhadapmu itu menjadi vonis bahwasanya dia itu mubtadi' (ahli bid'ah) dan sesat.

Wahai Saudaraku, bertakwalah kepada Alloh..!

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُون

"Janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum, mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh itu Khobir (Maha Mengetahui) terhadap apa yang kalian kerjakan." (QS. Al-Maidah: 8)

وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى

"Apabila kalian berkata, maka hendaklah kalian berlaku adil, meskipun dia adalah kerabat sendiri." (QS. Al-An'am: 152)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَن تَعْدِلُوا ۚ وَإِن تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang yang benar-benar sebagai penegak keadilan, menjadi saksi karena Alloh, biarpun terhadap diri kalian sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabat kalian. Jika dia kaya ataupun miskin, maka Alloh lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kalian memutar balikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Alloh adalah Khobir (Maha Mengetahui) terhadap segala apa yang kalian kerjakan." (QS. An-Nisa': 135)

Maka (wahai saudaraku) bertakwalah kepada Alloh! Setiap dari kita hendaknya bertakwa kepada Alloh. Wahai Ahli sunnah, cukuplah perpecahan ini..! Musuh-musuh menertawai kita. Ahli bid'ah dan kesesatan menertawai kita. Musuh-musuh Islam dan sunnah menertawai kita! Tiba-tiba mereka semua menonton kita sambil mengatakan, "Akhirnya kalian berselisih..!" Jadilah mereka menertawai ahli sunnah. Kalian berselisih hari ini, besok atau lusa, ini bisa jadi tontonan hiburan bagi mereka jika perkara seperti ini terjadi.

Maka berhati-hatilah, waspadalah..! Wajib atas kita untuk bertakwa kepada Alloh subhanahu wa ta'ala. Kesalahan-kesalahan seseorang itu hendaknya ditempatkan pada tempatnya dan dikembalikan kepada ahli ilmu. Merekalah yang bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adapun seorang saudaraku dari ahli sunnah berbuat salah terhadapku, meskipun dia bersalah dengan bersikap berlebihan, terjadi hasad di antara sesama saudara, mengikuti hawa nafsu pada beberapa permasalahan, maka tidaklah ini semua kita bebankan atau atas namakan pada dakwah kita, sehingga siapa saja yang bersalah pada kita lantas dikeluarkan dari ahli sunnah. Dikatakan, "Orang ini adalah mubtadi', tidaklah dia bicara jelek terhadapku melainkan karena dia di atas kesesatan, bid'ah dan penyimpangan!"

Maka bertakwalah kepada Alloh subhanahu wa ta'ala, wahai Ahli Sunnah semuanya! Hendaknya kita timbang perkara-perkara itu sesuai dengan timbangannya dan menempatkannya sesuai dengan tempatnya.

⬅️ Di banyak negeri engkau temukan bahwa perselisihan-perselisihan yang terjadi itu akibat dari kesalahan-kesalahan pribadi. Seseorang berlaku tidak baik padanya, tiba-tiba dia timpakan padanya vonis bid'ah dan kesesatan. Bahkan dia mencari-cari kesalahan dan ketergelinciran saudaranya yang telah terjadi setahun-dua tahun yang lalu atau lebih dari itu. "Setahun yang lalu aku lihat dia bicara dengan mubtadi' (ahli bid'ah), dua tahun yang lalu aku lihat dia mengucapkan salam kepada seorang mubtadi'." Baiklah.., apakah kita lupakan dan tinggalkan saja manhajnya secara keseluruhan. Lalu disikapi berdasarkan bahwa dia pernah mengucapkan salam kepada seorang mubtadi'?! Lalu mengapa tidak sejak dulu dia dihukumi sebagai mubtadi' dan duduk-duduk bersama para hizbiyyin, melainkan baru sekarang setelah terjadi perselisihan?! Ini adalah pintu kejelekan!

Maka hendaknya ahli sunnah itu bertakwa kepada Alloh dan hendaknya bersemangat untuk mewujudkan persatuan kalimat dan menjauhkan diri dari orang yang seperti itu kesukaannya. Waspada dan memperingatkan manusia dari orang yang seperti itu kesukaannya, yaitu orang yang suka mengubah perselisihan pribadi menjadi perselisihan aqidah dan manhaj salafi, sehingga tiba-tiba dia memvonis saudaranya sebagai ahli bid'ah dan memperingatkan manusia darinya. Ini adalah pintu kejelekan. Wajib atas kita untuk takut kepada Alloh subhanahu wa ta'ala dari hal itu.

Kita berlindung kepada Alloh dari muamalah yang menyelisihi manhaj salafi itu. Allohul Musta'an, Allohlah yang dimintai pertolongan. Jika demikian, maka tinggallah dakwah kita seperti apa yang diucapkan sebagian hizbiyyun, "Dakwah yang saling memakan satu sama lainnya." Para hizbiyyun tertawa melihat perbuatan seperti ini dan menghukumi secara umum atas seluruh dakwah kita dengan ucapan mereka, "Dakwah yang saling mencaplok antara satu dengan lainnya."

Maka hati-hatilah dan waspadalah, wajib atas kita untuk berhati-hati dari perkara ini! Demi Alloh, ini bukan bagian dari dakwah kita dan bukan dari manhaj salaf.

Telah terjadi perselisihan-perselisihan di antara ahli ilmu sejak dahulu sampai sekarang. Perselisihan di antara sesama ahli hadits dan sebagian ahli ilmu karena godaan syaithon. Akan tetapi, tidak sampai pada taraf seseorang mentahdzir saudaranya yang lain dan memvonisnya sebagai ahli bid'ah. Ini tidak pernah kami ketahui. Jika terjadi tahdzir, maka bukan berupa tabdi'
(vonis sebagai ahli bid'ah) dan pengeluaran dari ahli sunnah. Hasbunallohu wa ni'mal wakiil, Allohlah yang mencukupi kita dan sebaik-baik pembela.

Kita memohon kepada Alloh 'azza wa jalla untuk memperbaiki keadaan yang ada. Kita memohon kepada Alloh jalla wa 'alaa untuk memperbaiki urusan-urusan kita dan menjaga dakwah kita.

Ya Alloh, jagalah dakwah kami.. Ya Alloh, jagalah agama kami.. Ya Alloh, jagalah masjid-masjid dan pondok-pondok sunnah di seluruh tempat. Ya Alloh, jagalah ia dari tipu daya orang-orang jahat dan para pengintai. Ya Alloh, perbaiki keadaan dan dakwah kami..

Ya Alloh, siapa saja yang Engkau ketahui kerusakannya, maka palingkanlah dia dari diri dan dakwah kami serta hindarkanlah kami dari kejelekannya, wahai Robb semesta alam.. Ya Alloh, siapa yang Engkau ketahui padanya ada kebaikan atas dakwah kami, maka jagalah dia dan jadikanlah dirinya sebagai pembimbing dan penerima petunjuk..

سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Maha suci Engkau, ya Alloh dengan memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Engkau. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu dari kesalahanku.."

Source